Penjual Soto
Bersih v.s Kotor
baru kali ini aku beres2 halaman depan kamarku sendiri....mungkin ini hikmah aku pindah ke rumah kontrakan...segalanya harus di urus sendiri...hahahaha!!! Yah meskipun harus kering ne tenggorokan gara2 beres2 tadi, padahal lagi puasa, hahahaha, tapi ada beberapa hal yang aku pelajari..
pertama, bersih itu lebih enak dilihat chuy...daripada kotor...meskipun belum selesai sepenuhnya tapi setidaknya ada perbedaanya...coba deh dilihat ne...
Foto Sebelum aku bersihin...
halaman depan sebelum aku bersihin |
Hampa
Di bulan Ramadhan ini, setiap hariku terasa hampa. Jadwal tidak beraturan. Selalu tidur setiap habis sahur, hingga terkadang kebablasan ga shalat subuh. Shalat lima waktupun jarang tepat waktu. Kehidupanku kacau.
Apa sebenarnya yang terjadi padaku?hidupku terasa hampa!!! Mungkini ini karena aku tak dekat dengan_NYA. semoga di sisa waktuku ini aku bisa kembali kepada-NYA dalam keadaan yang tentram....
Kapan kematian menjemputku?
Kecelakaan pesawat Polandia, penumpangnya adalah pejabat-pejabat penting Polandia, termasuk Presiden dan Ibu Negara. Kematian yang tak diduga. Entah ini berbentuk konspirasi atau murni kecelakaan. Tapi yang pasti, kematian ini pasti tidak pernah terkirakan oleh sang Presiden.
Aku pun begitu. Kita pun sama. Tak ada yang tau kapan kita di ambil olehNYA. Bisa saja satu detik kedepan kita mati. Satu menit, satu jam, satu bulan, atau bahkan satu tahun lagi kita akan mati. Tak ada yang tahu itu.
Persiapan menuju kematian, kadang tak terpikirkan sama sekali. Setiap saat yang aku lakukan adalah hal-hal yang mungkin sia-sia, terlalu mengejar materi dan derajat. Mungkin itu penting, tapi hanya penting dalam kehidupan dunia. Kehidupan setelah kematian tidak aku fikirkan. Tapi aku percaya bahwa itu ada.
Sudah saatnya aku berpaling dari kehidupan yang sekarang ini.
Milyar-an uang itu mereka pergunakan untuk apa?
Seandainya aku memiliki banyak uang...ingin banget rasanya bagi2 bareng orang-orang miskin itu....tepi kenapa "mereka" bisa menghabiskan bermilyar2 uang hanya untuk menggelar rapat besar?mampu menghabiskan beratus-ratus juta untuk bersilaturrahmi?aku belum dapat mencerna dan memahami semua itu. Entah ini hanya akibat dari kekerdilan fikiranku atau hanya sebuah kerisihan semata karena aku juga turut memanfaatkan rapat besar itu?atau hanya orientasiku yang selalu mengukur semua dengan uang?
Terlalu megah, itu saja pikiranku. Kenapa tidak mencoba dengan sederhana saja? Sederhana tapi bisa maksimal dalam menghasilkan. Ah, tapi lagi-lagi aku belum begitu matang dalam konsep ini. Aku sebenarnya ingin sederhana saja....tak ada lagi orang miskin di negara ini, smentara yang lain dengan enaknya menghamburkan uang. Tapi, itu hanya selalu ada pada dataran idealismeku saja...kapan itu menjadi realitas?aku tidak tahu...